Pages

  • Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Olahraga lari: Paling Murah, Paling Sehat..

Kamis, 15 Maret 2012 0 komentar

Mulai sekarang, sempatkanlah waktu anda untuk lebih banyak melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak gerak, seperti bersepeda, berjalan, jogging bahkan berlari. Daripada setiap hari Anda habiskan waktu untuk pekerjaan yang memerlukan duduk lama. Tanpa Anda sadari, jika itu dilakukan secara rutin, berbagai efek positif bagi kesehatan tubuh dan mental akan Anda rasakan.



Lari merupakan olahraga termurah dengan memberi sejuta manfaat yang tiada ternilai harganya. Sudah tentu Anda tidak ingin menghabiskan sejumlah besar uang Anda untuk masalah dan gangguan kesehatan Anda? Tentu saja Anda tidak sampai berpikir seperti itu. Karena, pasti Anda lebih memilih untuk menghabiskan uang untuk membeli barang yang Anda suka, menabung untuk asuransi dan pendidikan anak atau untuk kepentingan lainnya.

Ketahuilah bahwa olahraga lari seharusnya merupakan bagian dari rutinitas yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan Anda. Namun, olahraga ini sangat kurang diminati. Preferensi masyarakat yang sangat tinngi terhadap sepakbola menjadi alasan tersendiri akan hal ini. Sehingga untuk menggairahkan minat Anda terhadap olahraga ini, coba simak fakta keuntungan melakukannya, yang dikutip dari Times of India:
  • Kekuatan otot jantung berjalan lebih maksimal. Dua ventrikel yang memompa darah menjadi tebal dan lebih baik, sekaligus terjadi peningkatan ukuran kurang lebih 20 persen. Efeknya, kekuatan memompa darah menjadi lebih banyak.
  • Denyut jantung turun menjadi 40-50 kali per menit. Jantung tidak ngos-ngosan dalam mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Dia  bekerja lebih santai. Banyak penelitian yang mengemukakan, para pelari cenderung jarang menderita serangan jantung.
  • Menjaga kadar kolesterol. Jogging akan mengurangi kolesterol jenis LDL dan trigliserida, sekaligus meningkatkan kolesterol HDL yang bersahabat bagi jantung. HDL akan naik 80-100 miligram jika Anda rutin lari. Olahraga ini mampu menyetimulasi hipotalamus otak untuk mengeluarkan plasminogen activator yang berfungsi sebagai antipembekuan darah. Activator tersebut salah satunya adalah streptokinase yang menghadang pembentukan gumpalan di arteri koroner penyebab serangan jantung.
  • Membantu memperbaiki kadar gula darah. Jogging dapat meningkatkan toleransi glukosa. Pasien diabetes dianjurkan melakukan jogging secara rutin untuk mengontrol kadar gula mereka.
  • Menciptakan perasaan bahagia dan penuh optimisme. Dalam sebuah penelitian terhadap pelari maraton, mereka punya rasa cemas, stres, depresi, dan rasa permusuhan yang rendah. Konsentrasi mereka berjalan sangat baik dan tidak punya masalah dalam tidur.
  • Berlari mampu mengurangi berat badan dengan cepat bila diimbangi dengan diet yang sehat. Orang yang punya masalah obesitas dianjurkan melakukan olahraga ini.
  • Olahraga lari membantu perokok menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Asal juga disertai dengan niat dan usaha yang maksimal.
  • Normalnya, keadaan tubuh menyesuaikan diri terhadap penuaan sebesar 10-15 persen dalam jangka 10 tahun. Tapi, bagi yang rutin lari, penyesuaian tubuh terhadap penuaan berjalan lebih lambat, hanya 5 persen dalam 10 tahun.

Sering Kurang Tidur, Berpotensi Kegemukan...

0 komentar

Efek negatif terhadap kesehatan dari kurang tidur sangat banyak. Mulai dari perasaan lesu, kurang semangat, hingga konsentrasi yang menurun. Menurut penelitian dari Mayo Clinic di Minnesota, Amerika Serikat, kurang tidur memberikan pengaruh pada meningkatnya nafsu makan yang bisa berarkhir dengan kenaikan berat badan.

Dr Andrew Calvin, penulis utama studi dan asisten profesor kedokteran di Mayo Clinic mengatakan bahwa “Banyak orang punya ide jika mereka bekerja keras sampai larut malam, mereka membakar lebih banyak energi. Tapi kami tidak menemukan perubahan berapa banyak energi berpindah ketika kurang tidur,”

Dalam penelitian tersebut, para peneliti mencoba mengamati perilaku para relawan selama seminggu tinggal di rumah. Mereka berusia 18-40 tahun dan diamati kebiasaan tidur dan makannya. Kemudian, selama 8 hari, mereka ditempatkan ke klinik. Sebagian diberikan waktu tidur dengan penuh, dan sebagian lagi hanya tidur dua per tiga dari jam tidur normal. Untuk urusan makan, mereka pun boleh melahap sepuasnya menu yang ada di kantin selama penelitian. Namun, peneliti tetap mengamati asupan kalori dari tiap relawan.

Hasilnya, relawan yang kurang tidur punya kalori rata-rata 549. Nilai ini cukup tinggi dibanding relawan yang cukup tidur.  Indikasi kegemukan juga terlihat pada mereka yang kurang tidur. Peneliti mengatakan, ada hubungan antara kurang tidur dengan kegemukan yang mungkin akan memicu penyakit diabetes tipe 2.

Dr Calvin mengatakan bahwa, "Studi ini menunjukkan bahwa dua hal itu memang mungkin berhubungan. Dan jika temuan ini dikonfirmasi, mereka mungkin menyarankan bahwa tidur merupakan faktor kuat dalam seberapa banyak kita makan dan seberapa kemungkinan mendapatkan berat badan,”

Jadi alangkah baiknya dalam aktivitas harian yang padat, sempatkanlah waktu maksimal dua kali sehari untuk tidur. Karena tidur merupakan proses refresh terhadap otak setelah otak bekerja keras selama aktivitas yang padat..

Semoga artikel ini bermanfaat.. :-) 

MAHABHARATA BAB 5: Dewabrata, Putra Raja Santanu dan Dewi Gangga

0 komentar


“Wahai Dewiku, maukah engkau menjadi istriku? Aku tidak peduli siapa pun engkau. Aku terpesona oleh kecantikanmu dan jatuh cinta padamu. Siapakah engkau dan dari manakah asalmu?” kata Raja Santanu kepada seorang gadis jelita yang berdiri di hadapannya .

Sesungguhnya gadis itu adalah Dewi Gangga, bidadari kahyangan yang turun ke bumi dalam wujud manusia. Parasnya yang cantik, lekuk tubuhnya yang indah, dan tindak-tanduknya yang halus membuat Raja Santanu terpikat dan bangkit gairah asmaranya .

Sang Raja berjanji akan mempersembahkan seluruh cinta, kekayaan, dan kerajaannya —bahkan seluruh hidupnya— kepada gadis jelita itu .

Tanpa curiga atas pertanyaan Raja Santanu, gadis itu menjawab,
“Wahai Raja perkasa, hamba bersedia menjadi istri Paduka asalkan Paduka berjanji memenuhi syaratsyarat hamba.”

“Apakah itu?” tanya Raja Santanu tak sabar .

“Pertama, jika hamba sudah menjadi istri Paduka, tak seorang pun, tidak juga Paduka, boleh bertanya siapa sesungguhnya hamba dan dari mana asal-usul hamba. Kedua, apa pun yang hamba lakukan —baik atau buruk, benar atau salah, wajar atau ganjil— Paduka tidak boleh menghalang-halangi. Ketiga, Tuanku tidak boleh marah kepada hamba — dengan alasan apa pun. Keempat, Paduka tidak boleh mengatakan sesuatu yang membuat perasaan hamba tidak enak .

“Begitu Tuanku melanggar syarat-syarat itu —walau hanya satu— hamba akan meninggalkan Tuanku saat itu juga. Apakah Tuanku setuju dan bersedia berjanji untuk tidak melanggarnya?”

Tanpa berpikir panjang, Raja Santanu yang sedang dimabuk asmara langsung bersumpah akan memenuhi semua syarat yang dikatakan si gadis jelita .

Demikianlah, tanpa mengenal siapa namanya dan tanpa mengetahui dari mana asal-usulnya, Raja Santanu mempersunting gadis jelita yang ditemukannya di tepi Sungai Gangga. Dibawanya gadis itu ke istana dan dinobatkannya menjadi permaisurinya .

Hari demi hari berlalu. Raja Santanu semakin mencintai permaisurinya yang jelita, lebih-lebih karena selain cantik, permaisurinya itu sangat berbakti kepadanya dan halus tutur katanya. Kebahagiaan Sang Raja semakin lengkap ketika tahu permaisurinya mengandung .

Sembilan bulan mereka lewatkan dengan penuh bahagia. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya Dewi Gangga melahirkan. Sang Dewi pamit kepada suaminya, mengatakan bahwa dia akan pergi menyendiri dan melahirkan di tepi Sungai Gangga. Dia tak mau ditemani siapa pun, tidak juga sang Raja .

Maka pergilah Dewi Gangga seorang diri. Sampai di tepi sungai, dia mencari tempat yang teduh dan terlindung untuk melahirkan. Bayi yang dilahirkannya langsung dibuangnya ke sungai. Setelah membersihkan diri, sang Dewi kembali ke istana dengan wajah berseri-seri, seolaholah tak terjadi apa-apa .

Raja Santanu menyambutnya dengan penuh harap. Hatinya bahagia akan menyambut sang bayi, buah kasihnya dengan permaisuri yang dicintainya. Tetapi, betapa kecewanya Raja melihat Dewi Gangga datang tanpa sang bayi. Perasaan Baginda campur aduk. Heran, melihat istrinya kembali tanpa sang bayi. Cemas, memikirkan nasib sang bayi. Murka, karena permaisurinya tampak tenang dan tidak merasa bersalah. Raja merasa berdosa, karena tak kuasa berbuat apa pun kecuali diam seribu bahasa. Tak berani bertanya. Tak berani melanggar sumpah yang telah diucapkannya .

Raja Santanu, yang terlanjur mencintai dan terpesona oleh kecantikan permaisurinya, tak berani bertanya sepatah kata pun. Disambutnya sang Dewi dengan mesra, seakan-akan tak terjadi apa-apa. Mereka melanjutkan kehidupan seperti biasa .

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Dewi Gangga kembali hamil dan ketika tiba saatnya melahirkan, sekali lagi dia mohon diri hendak menyepi di tepi Sungai Gangga. Syarat yang diajukannya tetap sama: tak seorang pun boleh mengikutinya .

Hal yang sama terulang. Sang Dewi kembali ke istana tanpa menggendong bayi. Sang Raja, dengan perasaan tertekan, menyambut istrinya seolah-olah tak terjadi apa-apa .

Demikianlah, kejadian itu berulang sampai tujuh kali. Tetapi, pada kehamilan yang kedelapan, Raja Santanu tak kuasa menahan diri lagi. Sudah lama ia bertanya-tanya dalam hati, siapa dan dari mana asal perempuan kejam yang menjadi istrinya itu. Di mana semua anak yang telah dilahirkannya? Sungguh kejam ibu yang menelantarkan bayi-bayinya .

Diam-diam Raja membuntuti istrinya ke tepi Sungai Gangga. Alangkah terkejutnya Baginda melihat sang Dewi mengangkat bayi yang baru dilahirkannya dan siap menceburkannya ke dalam sungai. Tanpa berpikir panjang dan lupa akan sumpahnya, Baginda berteriak lantang, “Hentikan! Ini pembunuhan kejam! Rupanya kau tega membunuh bayi-bayimu yang tidak berdosa!”
 Sambil berteriak demikian, Raja mencengkeram tangan Dewi Gangga, menahannya agar tidak melaksanakan perbuatan terkutuk itu.

“Wahai, Raja yang Agung! Kau telah melanggar janjimu padaku karena hati dan perasaanmu telah tertambat pada bayi ini. Itu artinya, engkau tidak menginginkan aku lagi. Baiklah, aku tidak akan membunuh bayi ini! Tetapi sebelum aku pergi dan sebelum engkau menyimpulkan sesuatu tentang aku, dengarkanlah ceritaku ini .

Aku adalah bidadari yang dipaksa memainkan lakon duka ini karena sumpah Resi Wasistha. Sesungguhnya aku ini Batari Gangga yang dipuja para dewa dan manusia. Resi Wasistha telah menimpakan kutuk-pastu kepada delapan wasu yang akan terpaksa lahir ke bumi ini. Para wasu itu kemudian memohon agar aku bersedia menjadi ibu mereka. Dengan perkenanmu, Raja Santanu, aku melahirkan mereka ke dunia, sebagai anak-anakmu. Sebagai balas budi karena telah menolong mereka, kelak engkau akan mencapai tempat yang mulia tinggi di alam baka .

Sekarang, aku akan membawa bayi ini dan mengasuhnya sampai dia cukup besar dan tiba waktunya untuk kuserahkan kembali kepadamu. Anak ini akan menjadi lambang dan kenangan atas cinta kita berdua.”

Setelah berkata demikian, Batari Gangga menghilang bersama bayinya. Kelak, bayi itu dikenal dengan nama Bhisma dan menjadi kesatria sakti yang termasyhur .

***
Terkisahlah bagaimana asal mulanya hingga para wasu itu menerima kutuk-pastu dari Resi Wasistha .

Pada suatu hari, kedelapan wasu itu berjalan-jalan di pegunungan bersama istri-istri mereka. Di pegunungan itu terdapat pertapaan Resi Wasistha. Mereka masuk ke pertapaan itu, tetapi sang Resi tidak ada. Di pelatarannya, seorang wasu melihat Nandini, sapi kepunyaan sang Resi, sedang makan rumput. Nandini tampak indah, sehat dan menawan .

Istri-istri para wasu itu terpesona oleh keelokan Nandini. Salah seorang dari mereka meminta suaminya menangkap sapi itu .

Suaminya berkata, “Apa gunanya sapi itu bagi kita para Dewa? Nandini adalah kepunyaan Resi Wasistha yang

menguasai daerah ini. Karena kesaktian sang Resi, susunya akan membuat orang yang meminumnya hidup abadi. Tapi, apa gunanya bagi kita karena sebagai dewa kita sudah ditakdirkan hidup abadi? Janganlah kita serakah. Biarkan sapi itu tenang merumput. Lagi pula, kalau celaka kita bisa kena kutuk-pastu dan murka Resi Wasistha — hanya karena menuruti hasrat dan kesenangan belaka.”

Tetapi istrinya tak mengindahkan hal itu. Ia berkata, “Aku punya teman yang sangat kukasihi. Dia manusia biasa. Aku ingin memberikan susu Nandini kepadanya agar ia bisa hidup abadi. Demi dialah aku memintamu menangkap Nandini. Sebelum Resi Wasistha kembali ke pertapaan ini, kita sudah pergi jauh dari sini sambil membawa sapi itu. Lakukanlah demi keinginanku, karena permintaanku ini sangat berharga bagiku.”

Akhirnya, suaminya menurut. Kedelapan wasu itu bersama-sama menangkap Nandini dan anaknya, lalu melarikannya jauh-jauh .

Ketika Resi Wasistha kembali ke pertapaan, Nandini dan anaknya tak dilihatnya. Sapi kesayangannya itu hilang bersama seekor anaknya. Sapi yang selama ini memberinya hidup dan tak dapat dipisahkan kegunaannya dalam upacara persembahan setiap hari .

Berkat kekuatan yoganya, sang Resi mengetahui apa yang telah terjadi. Alangkah murkanya dia. Dengan lantang ia mengucapkan kutuk-pastu, mengutuk para wasu. Karena kutukan itu, para wasu akan terlahir ke dunia dan hidup sebagai manusia yang menderita. Itulah hukuman bagi mereka yang telah merampas satu-satunya harta berharga miliknya .

Ketika para wasu tahu bahwa mereka kena kutukpastu, mereka sangat menyesal. Tapi... penyesalan selalu datang terlambat. Segera mereka kembali ke pertapaan Resi Wasistha, mengembalikan Nandini dan anaknya, lalu bersimpuh di depan sang Resi, memohon ampun atas dosa mereka .
Resi Wasistha berkata, “Kutuk-pastu telah terucapkan dan akan berlaku pada waktunya. Wasu yang melarikan sapiku akan hidup lama di dunia dalam kemewahan dan kesenangan duniawi, tetapi wasu-wasu lain akan terlepas dari kutuk ini segera setelah dilahirkan sebagai manusia. Aku tak bisa menarik kutukanku, tetapi aku bisa melunakkannya.”
 
Kemudian Resi Wasistha bersemadi. Diatur napasnya, ditenangkan pikirannya, dan diredakan amarahnya. Sesungguhnya, seorang resi yang sedang ber-tapabrata memang bisa memperoleh kesaktian untuk mengutukpastu. Tetapi, setiap kali ia menggunakan kesaktiannya untuk melontarkan kutuk-pastu, derajat kesucian yang telah berhasil dicapainya akan berkurang .

Para wasu merasa lega karena ada kemungkinan kutukan itu akan dilunakkan. Kemudian pergilah mereka menghadap Dewi Gangga dan memohon, “Kami datang memujamu, Batari. Kami mohon, sudilah kiranya Batari menjadi ibu kami. Kami mohon agar Batari bersedia turun ke mayapada dan menikah dengan seorang raja. Kelak, satu per satu dari kami akan terlahir lewat rahim Paduka. Dan, segera setelah kami lahir, buanglah kami ke dalam sungai agar kami terbebas dari kutuk-pastu.”

Dewi Gangga mengabulkan permohonan mereka. Ia turun ke bumi, di tepi Sungai Gangga. Di sana ia bertemu dengan Raja Santanu yang kemudian menyuntingnya menjadi permaisurinya .

***
Kembali ke kisah Dewi Gangga yang meninggalkan Raja Santanu. Sang Dewi menghilang bersama bayinya yang kedelapan dan tidak pernah muncul kembali. Sejak itu, sang Raja meninggalkan kesenangan duniawi dan memerintah kerajaannya dengan lebih bijaksana serta didasari semangat kerokhanian .

Pada suatu hari, Raja Santanu berjalan-jalan di tepi Sungai Gangga. Ia melamun, mengenangkan saat-saat pertemuannya dengan Dewi Gangga. Sungguh kenangan yang sangat indah namun meninggalkan kepedihan di hati. Kemudian dia melihat seorang anak laki-laki yang dikelilingi aura kemegahan dan keagungan dari Dewendra, raja dari segala dewa dan batara, anak kecil yang sedang tumbuh menjadi remaja. Anak itu sedang bermain panah. Berkali-kali ia melepas anak panah-anak panah dari busurnya, mengarahkannya ke seberang Sungai Gangga. Tak terlihat siapa-siapa di dekatnya. Begitu pula di seberang sungai. Raja Santanu takjub dan terharu melihat ketampanan dan ketangkasan anak itu. Raja mendekati anak itu, ingin bertanya padanya. Tetapi... tiba-tiba dia melihat Dewi Gangga muncul di hadapannya .

Dewi Gangga berkata dengan lemah lembut, “Wahai, Paduka Raja, inilah anak kita yang kedelapan. Dia kunamai Dewabrata dan kuasuh hingga mahir berolah senjata, menguasai ilmu perang dan memiliki kesaktian yang setara dengan kesaktian Parasurama. Ia telah mempelajari Weda dan falsafah Wedanta dari Resi Wasistha. Kecuali itu, ia juga menguasai kesenian, kebudayaan dan ilmu gaib Sanjiwini yang dikuasai Sukra. Sambutlah anak ini. Terimalah dan asuhlah dalam istanamu. Kelak dia akan menjadi kesatria besar, ahli siasat perang dan senapati agung.”

  ....  Bersambung***

 
Apa Aja Boleehh.. © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum